Perkenalan dan Tebak-tebakan di Kepala

Reski Sululing
2 min readJul 25, 2022

--

“Aku punya banyak sekali ketakutan,” kataku, mengetik panjang di layar gawai. Perkenalan kali ini, memberikan rasa hangat yang belum bisa kutebak, ke mana kira-kira muaranya.

“Tidak apa-apa, nanti ceritakan saja,” balasmu.

Kata orang, menemukan seseorang yang benar-benar berani untuk menerimamu dalam hidupnya, adalah hal yang cukup sulit. Hal-hal dari masa lalu, rasa sakit yang masih kau bawa di dalam hatimu, serta penerimaan-penerimaan di masa depan, adalah sedikit dari banyak hal yang perlu kau perhatikan baik-baik, saat akan menerima seseorang dalam hidup, pun sebaliknya. Tidak mudah, memang. Namun, kata orang lain (lagi), tidak berarti hal itu amat sulit untuk menjadi kekhawatiran yang amat besar di kepalamu.

Aku belum paham, ke mana ujung jalan yang kita pilih ini menemui ujung. Atau mungkin tidak ada ujungnya? Entah. Yang kuyakini, perkenalan kali ini membuatku sadar satu hal, aku benar-benar paham apa yang aku ingini dan tidak ingini ketika akan bersama orang lain (lagi). Aku paham betul, bahwa aku tidak akan mengubah diriku untuk bisa mensejajarkan langkah denganmu, pun sebaliknya, tidak akan memintamu untuk berubah, hanya untuk meyakinkan diriku bahwa kau benar-benar yakin untuk menempuh jalan ini bersama-sama denganku.

Terlihat rumit? Mungkin. Aku tahu ini tidak akan sesederhana 1+1 yang kita pelajari di bangku SD. Ini tidak akan sesederhana persoalan pekerjaan yang selalu kita meetingkan hingga berjam-jam. Ini urusan hati dua manusia yang punya pengalaman dan hidupnya masing-masing. Ini urusan perasaan, yang tidak pernah ada satu manusia pun yang tahu makna sesungguhnya, selain diri kita masing-masing. Aku menebak, semuanya akan menjadi sedikit lebih mudah, ketika nanti mata kita sudah saling tatap. Iya, kan?

Ya sudah. Simpan saja dulu kekhawatiran yang kita punyai. Nanti, ketika bertemu dan duduk berdua sambil menyesap kopi hangat, tanyakan semua tebak-tebakan yang ada di kepalamu, ceritakan semua kegundahan yang tinggal di dadamu selama ini. Setelah itu, mari bertukar peluk yang panjang.

Teruntuk Tuhan, bolehkah kali ini aku menyebutnya Tuan yang selama ini kucari?

Kantor, 9.09 pagi setelah meeting.

--

--