Kontemplasi 26 Tahun

Reski Sululing
4 min readJun 15, 2021

--

Sungguhlah ini tulisan yang amat, amat telat.

Tapi tak apa-apa, daripada tidak sama sekali, kan?

Perjalanan 26 tahun. Bisa bayangin ga kalau orang straight jalan kaki selama dua-puluh-enam tahun? Wah, sepertinya udah bisa ngelilingin dunia beberapa kali, iya, ga, sih? *brb googling*

9 tahun. Manusia kira-kira butuh 9 tahun untuk bisa mengelilingi dunia, gitu sih kalau kata Google. Lama juga, ya? Nah, tapi selama gue hidup 26 tahun ini, rasa-rasanya emang lebih nyahoi daripada jalan kaki keliling dunia. Ya gimana, ya, melewati banyak hal, mencicipi berbagai emosi, bertemu banyak jenis manusia, merasakan perasaan-perasaan yang ga bisa nyontek definisinya di Google, dan lain-lain, dan sebagainya.

Capek? Ga. Ga sama sekali. Bahkan ini jadi semacam, “Oh, okay, gue mau ngapain lagi nih selanjutnya?” tapi ya iya, ga lengkap rasanya kalau terus melanjutkan perjalanan tanpa momen kontemplasi sejenak. Berhenti sebentar. Mencoba meresapi berbagai hal yang sudah dilakukan selama ini.

Quarter life crisis masih di puncak kejayaan, ya, Sis. Ya iya, usia segini, gue berpikir banyak hal banget soal masa depan. Capek banget, karena berasa kayak dikejar-kejar gitu. Karier, cinta, cita-cita, you name it. Gue semacam ditodong berbagai pertanyaan yang bikin pusing, bahkan ketika di momen gue seharusnya tidur. Ada ga sih yang ga ngalamin krisis ini di usia-usia segini? Rasanya ga ada, ya. Bedanya cuma level reaksi tiap orang aja.

Syukurnya, sekarang gue udah dapat kerjaan yang bisa dibilang stabil. Bisa jajan enak dan beli skincare lumayan canggih tiap bulan. Bisa beliin hadiah lucu buat orang-orang tersayang, dan sebagainya. Tapi apa ada yang dikorbankan? Tentu saja ada, Kisanak. Waktu pagi hingga sore, gue harus berjibaku dengan pekerjaan kantor, dan “mengorbankan” kesukaan gue terhadap banyak hal, karena ga ada waktu. Let’s say, baca buku setiap pagi udah ga bisa, nontonin klip-klip receh BTS di waktu kapanpun gue suka, udah ga bisa. Atau, kalau mau yang lebih serius, gue udah ga bisa sesuka jidat untuk melakukan hal-hal kerelawanan kapanpun gue mau, ya karena itu tadi, gue udah kerja. Gue harus kerja. Gue HARUS kerja. Mau ga mau, ya harus gitu. Gue bukan adik Sisca Kohl, bukan juga bagian dari keluarga Kardashian, ya makanya harus kerja. Tapi kalau mau nyebut diri gue hidup from paycheck to paycheck, agak miris juga, ya, tapi ya ga dimungkiri, itu sih yang lagi kejadian. Haha mari tertawa dan berpelukan, wahai kaum sebangsaku!

Di lain sisi, gue kayak, “Eh bentar deh, lo pengin gini terus? Lo pengin menghabiskan sisa hidup lo kayak gini?” I don’t know, Man. Pertanyaan dari kepala gue sendiri yang sulit banget gue jawab. Bayangan buat terus traveling, naik camper van sama orang tersayang, terus jadi nomaden dan bisa dapat cuan dari mana aja, pastilah sebuah pencapaian yang asyik. Balik lagi, lo siapa? Haha, privelege buat ke sana belum ada. Ga mau bilang ga ada, kali aja kan 5 tahun ke depan bisa kesampaian? Haha who knows, kan?

Terus, tiba-tiba kepikiran soal kematian. Ga ada yang tahu sampai kapan kita hidup. Ada yang dikasih jatah 90 tahun, ada yang bahkan baru menanjaki kesuksesan, udah harus udahan. Gue akhir-akhir ini berpikir, gimana kalau gue mati muda? Apa legacy yang bakal gue tinggalkan? Sorry, anaknya emang sering mikir jauh. Tapi beneran, kalau gue mati besok, kira-kira orang bakalan mengingat gue sebagai sosok yang seperti apa? Kiki yang manis, kah? Kiki yang baik hati, kah? Atau apa? In the end of the time, gue cuma bisa mengerahkan kemampuan terbaik gue untuk bisa terus berbuat baik ke diri sendiri dan orang lain. Apa lagi yang bisa kita lakukan selain itu?

Percintaan. Mumet ini, mah. Orang-orang udah terus nanyain, “Ki, kapan lo kawin? Lah, dipikir kawin gampang kayak beli ikan cupang kali, ya? Haha. Lagian, ga semua orang tujuannya buat kawin. Well, gue sekarang (ga tahu nih tulisan ulang tahun di tahun depan masih sama statusnya apa ga haha), sedang ga sendiri. Gue sedang mengenal dekat seorang laki-laki yang menurut gue udah cocok banget. Lagian, gue udah single cukup lama, baru mulai pacaran lagi. Makanya, gue sekarang mencoba untuk mengenal baik-baik si orang ini, saling mempelajari karakter satu sama lain, dan kita ga pernah tahu kita akan berakhir sama siapa kan di masa depan?

Ini sekali lagi ada yang nanya gue kapan kawin, gue kasih hadiah payung, asli, karena udah jadi orang ke 10.100 yang nanyain hal yang sama, haha.

Kalau ditanya, udah merasa dewasa belum di usia sekarang? Hm, pertanyaan yang sulit. Gue cuma bisa bilang, gue dewasa di beberapa hal, tapi masih tetap merangkak di hal lain. Ya lo bayangin, hidup jadi manusia seperempat abad di tengah pandemi dan tuntutan sosial yang macam-macam, ada panduannya, ga? GA ADA. Ya makanya gue terus mencoba dealing dengan berbagai hal, semampu gue, sebisa gue. Capek? Pasti. Tapi gue ga mau berhenti. Gue ga mau putus asa.

Tuhan, kasih gue waktu untuk terus merayakan ulang tahun lebih lama lagi, ya?

Luwuk, 9 hari setelah hari ulang tahun.

--

--