27 Juli 2022

Reski Sululing
1 min readJul 28, 2022

--

Ketika aku, lagi-lagi, mencoba membuka hati untuk seseorang.

Membiarkannya masuk, menjamah seluruh sudut perasaan yang coba kubuka pintunya untuk dia. Ada banyak sekali ketakutan, pertanyaan-pertanyaan, serta kekhawatiran yang mencekam. Perasaan takut jika nanti berakhir seperti yang sudah-sudah. Pertayaan-pertayaan seperti akankah dia nantinya tetap tinggal walau ada banyak gelombang yang menghantam. Juga kekhawatiran apakah dia akan tetap memilih bersama di sisi setelah ribuan hari berhasil dilewati. Serumit itu.

Setelah meyakinkan diri, merasa bahwa sosok ini akan menjadi tempat berlabuh terakhir, di masa yang sangat singkat, semoga aku tak mengulang kesalahan yang sama; menjatuhkan hati pada tempat yang keliru. Kami masih saling mempelajari langkah, membaca gerak-gerik, dan juga belajar untuk saling memahami dan menemukan pola kami sendiri. Tidak akan mudah, aku sendiri meyakini itu, namun, jika tak berani mencobanya, lalu kapan?

Sulit rasanya, mengingat ruang hati yang kupunya, telah banyak disinggahi oleh rasa sakit dan sesak. Namun, semoga ini bukan keputusan salah. Semoga, ini bukan proses mengulang rasa sakit dan tangisan-tangisan panjang yang membuat tidur-tidur malam menjadi amat gelisah. Semoga, dia benar-benar pemberhentian terakhir kali ini.

Pemberhentian terakhir menuju perjalanan belajar yang panjang seumur hidup.

Duh, menulis ini, aku sembari menahan tangis.

Hei, kamu, semoga tetap bersetia di sini, ya, Sayang?

Luwuk, ujung Juli yang penuh hujan.

--

--